Minggu, 18 Desember 2011

DAMPAK KEGIATAN MANUSIA TERHADAP EKOSISTEM AIR MENGALIR DI DAS BRANTAS HULU TENGAH SENGKALING KABUPATEN MALANG

Oleh:
Samsudin
Mahasiswa Magister Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan dan Pembangunan 
Universitas Brawijaya

Kegiatan manusia baik disengaja maupun tidak telah menimbulkan dampak terhadap ekosistem air mengalir selanjutnya disebut ekosistem. Kegiatan ekonomi dan sosial yang dilakukan oleh manusia di DAS Brantas hulu tengah di daerah Sengkaling adalah sebagai berikut:
NO
KEGIATAN
POTENSI DAMPAK
1
Pembuangan limbah cair (sewage) rumah tangga
Tercemarnya air dan sakit dan matinya biota.
Penurunan kandungan oksigen terlarut dalam air, bahkan dapat terjadi keadaan anoksik dalam air sehingga bahan organic yang terdapat dalam sampah cair mengalami dekomposisi anaerobic yang antara lain menghasilkan hydrogen sulfide (H2S) dan aminia (NH3) yang keduanya merupakan racun bagi organism hewani dalam air.
Bau H2S seperti telur busuk yang dapat dijadikan indikasi berlangsungnya dekomposisi anaerobik.

2
Penebangan tegakan di sempadan(randu)
Rusaknya sempadan berakibat sedimentasi yang mempengaruhi aliran air yang sangat berpengaruh pada ekosistem

3
Buangan dari sisa  irigasi sawah
banyak mengandung pupuk buatan dan    peptisida, akan menyebabkan matinya organisme pada ekosistem sungai mengalir.
4
Konversi sempadan jadi pemukiman
Mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang diperairan air mengalir ini, karena memerlukan nursery ground  larva dan atau stadium muda ikan dan udang.
Pencemaran air oleh bahan-bahan pencemar yang sebelumnya dapat diikat oleh substrat air mengalir.
Pendangkalan sungai karena endapan sedimen yang sebelum dikonversi mengendap di tegakan sempadan.
Erosi garis sempadan sungai yang sebelumnya ditumbuhi tegakan.
                         
5
Pembuangan sampah padat.
Perembesan bahan-bahan pencemar dalam sampah padat yang kemudian larut dalam air ke perairan di sekitar sampah.
Sampah yang bertumpuk di dalam aliran sungai akan menyebabkan kerusakan ekosistem karena salah satu dari anggota rantai makanan ada yang mati. Banyak kematian berarti kadar amoniak dalam air akan bertambah. Kadar amoniak yang terlalu besar dalam air akan semakin mengganggu kehidupan organisme lain (E. P. Odum, 1971) .
6
Penambangan pasir dan batu.
1)         Pengendapan sedimen yang berlebihan dapat mengakibatkan aliran air menjadi lambat yang berakibat pada perubahan organisme, yang akhirnya akan merubah ekosistem dari air mengalir menjadi ekosistem air menggenang.
2)         Pengaruh penambangan pasir dan batu pada stasiun 1 berakibat pada hilangnya bentos jenis zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang (Kendeigh, 1980; Odum 1993; Rosenberg dan Resh, 1993). 
3)         Berdasarkan hasil pengamatan, kelimpahan bentos terjadi pada stasiun ke dua. Hal ini disebabkan oleh substrat batu yang terdapat pada stasiun ke dua bersih dari penambangan pasir dan batu.

7
Pendirian rumah tinggal sementara (gubuk)
1)   Merusak tegakan yang menyangga kehidupan organisme, sehingga merusak ekosistem.
2)   Merusak sempadan sungai yang berakibat pada aliran air permukaan tidak terkendali, banjir.
3)   Menyebabkan garis sempadan rusak yang mengakibatkan sedimen sungai dan amat berpengaruh pada warna perairan dan kecerahan air. Karena dua factor ini penting untuk kelimpahan oksigen pada fotosintesis tumbuhan air.
4)    Sedimentasi yang ditimbulkan mempengaruhi kedalaman sungai karena zona kedalam mempengaruhi keberagaman ekosistem semakin dalam perairan tersebut maka intensitas cahaya matahari yang masuk semakin berkurang. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman.
5)   Sungai yang terpelihara member nuansa keindahan, namun yang kita saksikan di stasiun ke-1 menunjukkan kekumuhan bantaran sungai, bila hal ini tidak dicegah maka akan berkembang menjadi kawasan akan memberikan tekanan hebat pada lingkungan.
                                               

Dari penyajian pada tabel 1 di atas dapat digolongkan dalam tipe-tipe sosial-ekonomi masyarakat sekitar DAS ini, sebagai berikut:

1)     Berpenghasilan dari DAS Brantas di Sengkaling.
Di stasiun I di mana aliran sungai Brantas meskipun di kawasan hulu, namun tingkat derasnya tidak kuat malah cenderung lemah hal ini disebabkan oleh saat penelitian ini dilakukan bulan Oktober 2011 saat musim kemarau tidak sedikit sumber air yang kering dan konversi lahan dihulu tidak terkendali hal ini semakin memperparah keadaan debit air di DAS yang menjadi tempat pengamatan. Namun volume air masih cukup untuk mengairi sawah dan menghidupi organism di badan dan sekitar sungai. Begitu juga beberapa orang yang disensus oleh penulis ada enam orang yaitu Sukri (55 th) dan Agus (38 th) dkk., yang hidup dari hasil menambang pasir. Penghasilan perminggu saat ini antara Rp 150.000 s/d 200.000., dari berjualan pasir yang satu pick-upnya (3,5m3) Rp 50.000,- dan batu yang bila telah terkumpul dibeli oleh tukang selep batu untuk dijadikan koral.

Pak Sukri Penambang Pasir yang bertahan hingga saat ini
Sawah ladang Pak Sukri dan teman-temannya adalah DAS Brantas di daerah Sengkaling jika nambang pasir itu dilarang, mereka ya bisa jadi pekerja atau buruh suruan tapi pendapatnya tidak menentu, tapi jika ia menambang pasir bisa diharapkan pendapatannya tiap minggu.
Meski debit pasir tidak banyak saat ini, mereka tetap rajin menambang demi rupiah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bila musim hujan dan volume air besar maka dengan alat bantu ban mereka menggaruk pasir di dasar sungai dengan cangkul dan membawa ketepi untuk dikumpulkan ditepi sungai.

2)     Taat Asas
Meski tampaknya tidak ada yang mengingatkan para pekerja masih mematuhi larangan untuk tidak mengambil batu besar-besar yang di sungai. Larangan tersebut disampaikan oleh petugas dari Dinas Pengairan.

3)     Ceplik
Masih ada aktifitas ekonomi yang dilakukan oleh penambang pasir yaitu memecah batu dari ukuran besar menjadi kecil-kecil dengan diameter 2-3 cm yang disebut koral yang dipergunakan untuk bahan pengecoran bangunan.
Kegiatan ini disebut ceplik. Palu dan penjepit adalah alat utamanya, batu kali yang berdiameter 15-30cm dipecah menjadi kecil-kecil yang disebut koral. Koral dijual dengan harga Rp 50.000 tiap meter kubiknya. Namun penjualan koral ini tidak menentu karena jumlah batu yang bisa diambil dari sungai juga tidak banyak.

PERMASALAHAN
Penambangan pasir sebagaimana kegiatan penambangan-penambangan yang lain selalu menekan lingkungan dan memberi dampak yang merusak pada alam, manusia, hewan, tumbuhan, dan sumberdaya yang lain.
Rusaknya sempadan sungai berakibat pada erosi dan tangah longsor yang membahayakan keselamatan umat manusia.
Limpasan air permukaan atau banjir adalah bentuk dampak negatif lain yang diakibatkan oleh penambangan pasir.
Rusaknya badan sungai yang diakibatkan kedalaman sebagai akibat pengerukan berakibat pada erosi sempadan sungai, hal ini berakibat pada peningkatan sedimen dan badan sungai makin melebar dan rawan banjir.
Kerusakah badan sungai oleh penambang mengakibatkan punahnya ekosistem-ekosistem di air mengalir khususnya bentos yang tinggal di dasar sungai yang dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan tersebut.

REKOMENDASI  
Jumlah penambang pasir yang enam orang tersebut dapat dibina dalam ekonomi produktif, yaitu dengan memberikan keterampilan yang dapat mengentas dari pekerjaannya sebagai penambang pasir.
Lembaga yang dapat memberdayakan Pak Sukri dan kawan-kawan adalah Kepala Desa, Dinas Pengairan, Camat, Pemeritah Kabupaten Malang, Dinas Tenaga Kerja, dll. Yang bila enam orang tersebut diupayakan pekerjaan maka kegiatan penambangan pasir bisa ditinggalkan.

DAMPAK KEGIATAN MANUSIA TERHADAP EKOSISTEM AIR MENGALIR DI DAS BRANTAS HULU TENGAH SENGKALING KABUPATEN MALANG

DAMPAK KEGIATAN MANUSIA TERHADAP EKOSISTEM AIR MENGALIR DI DAS BRANTAS HULU TENGAH SENGKALING KABUPATEN MALANG

Oleh:
Samsudin
Mahasiswa Magister Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan dan Pembangunan 
Universitas Brawijaya

Kegiatan manusia baik disengaja maupun tidak telah menimbulkan dampak terhadap ekosistem air mengalir selanjutnya disebut ekosistem. Kegiatan ekonomi dan sosial yang dilakukan oleh manusia di DAS Brantas hulu tengah di daerah Sengkaling adalah sebagai berikut:
NO
KEGIATAN
POTENSI DAMPAK
1
Pembuangan limbah cair (sewage) rumah tangga
Tercemarnya air dan sakit dan matinya biota.
Penurunan kandungan oksigen terlarut dalam air, bahkan dapat terjadi keadaan anoksik dalam air sehingga bahan organic yang terdapat dalam sampah cair mengalami dekomposisi anaerobic yang antara lain menghasilkan hydrogen sulfide (H2S) dan aminia (NH3) yang keduanya merupakan racun bagi organism hewani dalam air.
Bau H2S seperti telur busuk yang dapat dijadikan indikasi berlangsungnya dekomposisi anaerobik.

2
Penebangan tegakan di sempadan(randu)
Rusaknya sempadan berakibat sedimentasi yang mempengaruhi aliran air yang sangat berpengaruh pada ekosistem

3
Buangan dari sisa  irigasi sawah
banyak mengandung pupuk buatan dan    peptisida, akan menyebabkan matinya organisme pada ekosistem sungai mengalir.
4
Konversi sempadan jadi pemukiman
Mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang diperairan air mengalir ini, karena memerlukan nursery ground  larva dan atau stadium muda ikan dan udang.
Pencemaran air oleh bahan-bahan pencemar yang sebelumnya dapat diikat oleh substrat air mengalir.
Pendangkalan sungai karena endapan sedimen yang sebelum dikonversi mengendap di tegakan sempadan.
Erosi garis sempadan sungai yang sebelumnya ditumbuhi tegakan.
                         
5
Pembuangan sampah padat.
Perembesan bahan-bahan pencemar dalam sampah padat yang kemudian larut dalam air ke perairan di sekitar sampah.
Sampah yang bertumpuk di dalam aliran sungai akan menyebabkan kerusakan ekosistem karena salah satu dari anggota rantai makanan ada yang mati. Banyak kematian berarti kadar amoniak dalam air akan bertambah. Kadar amoniak yang terlalu besar dalam air akan semakin mengganggu kehidupan organisme lain (E. P. Odum, 1971) .
6
Penambangan pasir dan batu.
1)         Pengendapan sedimen yang berlebihan dapat mengakibatkan aliran air menjadi lambat yang berakibat pada perubahan organisme, yang akhirnya akan merubah ekosistem dari air mengalir menjadi ekosistem air menggenang.
2)         Pengaruh penambangan pasir dan batu pada stasiun 1 berakibat pada hilangnya bentos jenis zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang (Kendeigh, 1980; Odum 1993; Rosenberg dan Resh, 1993). 
3)         Berdasarkan hasil pengamatan, kelimpahan bentos terjadi pada stasiun ke dua. Hal ini disebabkan oleh substrat batu yang terdapat pada stasiun ke dua bersih dari penambangan pasir dan batu.

7
Pendirian rumah tinggal sementara (gubuk)
1)   Merusak tegakan yang menyangga kehidupan organisme, sehingga merusak ekosistem.
2)   Merusak sempadan sungai yang berakibat pada aliran air permukaan tidak terkendali, banjir.
3)   Menyebabkan garis sempadan rusak yang mengakibatkan sedimen sungai dan amat berpengaruh pada warna perairan dan kecerahan air. Karena dua factor ini penting untuk kelimpahan oksigen pada fotosintesis tumbuhan air.
4)    Sedimentasi yang ditimbulkan mempengaruhi kedalaman sungai karena zona kedalam mempengaruhi keberagaman ekosistem semakin dalam perairan tersebut maka intensitas cahaya matahari yang masuk semakin berkurang. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman.
5)   Sungai yang terpelihara member nuansa keindahan, namun yang kita saksikan di stasiun ke-1 menunjukkan kekumuhan bantaran sungai, bila hal ini tidak dicegah maka akan berkembang menjadi kawasan akan memberikan tekanan hebat pada lingkungan.
                                               

Dari penyajian pada tabel 1 di atas dapat digolongkan dalam tipe-tipe sosial-ekonomi masyarakat sekitar DAS ini, sebagai berikut:

1)     Berpenghasilan dari DAS Brantas di Sengkaling.
Di stasiun I di mana aliran sungai Brantas meskipun di kawasan hulu, namun tingkat derasnya tidak kuat malah cenderung lemah hal ini disebabkan oleh saat penelitian ini dilakukan bulan Oktober 2011 saat musim kemarau tidak sedikit sumber air yang kering dan konversi lahan dihulu tidak terkendali hal ini semakin memperparah keadaan debit air di DAS yang menjadi tempat pengamatan. Namun volume air masih cukup untuk mengairi sawah dan menghidupi organism di badan dan sekitar sungai. Begitu juga beberapa orang yang disensus oleh penulis ada enam orang yaitu Sukri (55 th) dan Agus (38 th) dkk., yang hidup dari hasil menambang pasir. Penghasilan perminggu saat ini antara Rp 150.000 s/d 200.000., dari berjualan pasir yang satu pick-upnya (3,5m3) Rp 50.000,- dan batu yang bila telah terkumpul dibeli oleh tukang selep batu untuk dijadikan koral.

Pak Sukri Penambang Pasir yang bertahan hingga saat ini
Sawah ladang Pak Sukri dan teman-temannya adalah DAS Brantas di daerah Sengkaling jika nambang pasir itu dilarang, mereka ya bisa jadi pekerja atau buruh suruan tapi pendapatnya tidak menentu, tapi jika ia menambang pasir bisa diharapkan pendapatannya tiap minggu.
Meski debit pasir tidak banyak saat ini, mereka tetap rajin menambang demi rupiah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bila musim hujan dan volume air besar maka dengan alat bantu ban mereka menggaruk pasir di dasar sungai dengan cangkul dan membawa ketepi untuk dikumpulkan ditepi sungai.

2)     Taat Asas
Meski tampaknya tidak ada yang mengingatkan para pekerja masih mematuhi larangan untuk tidak mengambil batu besar-besar yang di sungai. Larangan tersebut disampaikan oleh petugas dari Dinas Pengairan.

3)     Ceplik
Masih ada aktifitas ekonomi yang dilakukan oleh penambang pasir yaitu memecah batu dari ukuran besar menjadi kecil-kecil dengan diameter 2-3 cm yang disebut koral yang dipergunakan untuk bahan pengecoran bangunan.
Kegiatan ini disebut ceplik. Palu dan penjepit adalah alat utamanya, batu kali yang berdiameter 15-30cm dipecah menjadi kecil-kecil yang disebut koral. Koral dijual dengan harga Rp 50.000 tiap meter kubiknya. Namun penjualan koral ini tidak menentu karena jumlah batu yang bisa diambil dari sungai juga tidak banyak.

PERMASALAHAN
Penambangan pasir sebagaimana kegiatan penambangan-penambangan yang lain selalu menekan lingkungan dan memberi dampak yang merusak pada alam, manusia, hewan, tumbuhan, dan sumberdaya yang lain.
Rusaknya sempadan sungai berakibat pada erosi dan tangah longsor yang membahayakan keselamatan umat manusia.
Limpasan air permukaan atau banjir adalah bentuk dampak negatif lain yang diakibatkan oleh penambangan pasir.
Rusaknya badan sungai yang diakibatkan kedalaman sebagai akibat pengerukan berakibat pada erosi sempadan sungai, hal ini berakibat pada peningkatan sedimen dan badan sungai makin melebar dan rawan banjir.
Kerusakah badan sungai oleh penambang mengakibatkan punahnya ekosistem-ekosistem di air mengalir khususnya bentos yang tinggal di dasar sungai yang dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan tersebut.

REKOMENDASI  
Jumlah penambang pasir yang enam orang tersebut dapat dibina dalam ekonomi produktif, yaitu dengan memberikan keterampilan yang dapat mengentas dari pekerjaannya sebagai penambang pasir.
Lembaga yang dapat memberdayakan Pak Sukri dan kawan-kawan adalah Kepala Desa, Dinas Pengairan, Camat, Pemeritah Kabupaten Malang, Dinas Tenaga Kerja, dll. Yang bila enam orang tersebut diupayakan pekerjaan maka kegiatan penambangan pasir bisa ditinggalkan.

Kearifan Lokal Wendit Malang

KEARIFAN LOKAL DI WENDIT
Kearifan lokal (local wisdom) yang ada dan masih diuri-uri oleh masyarakat  adalah:
1)    1. SENDANG WIDODAREN
a.    SUMBER KEBUGARAN WANITA
Sebuah situs kuno “sedang widodaren”  yang dipercaya oleh masyarakat sekitar yang merupakan petilasan dimana Ken Dedes bercengkerama di sumber ini. Bila seseorang, khususnya wanita, yang mandi di Sendang Widodaren  akan mendapatkan kesehatan dan mendapat berkah umur yang panjang.  
Air yang sangat bening, kinclong-kinclong, dan menyegarkan, kita tahu air merupakan salah satu mahluk  Allah SWT. , yang senantiasa berdzikir kepada-Nya, dan bila air senantiasa diberi doa dan dibisiki dengan pesan-pesan yang baik maka air akan tampak indah dalam mikroskop yang canggih, begitu ilmuwan Jepang menyimpulkan hasil researchnya, bila dikomunikasikan maka bukan tidak mungkin Allah mengabulkan hajat dari mereka yang ingin awet muda.
Pesan kearifan bila ditinjau dari khasanah ilmu lingkungan adalah nilai konservasi terhadap sumber air tanah yaitu bila sumber itu diuri-uri maka keberadaannya akan lestari dan masyarakat akan memelihara dari hulu hingga hilir dan terbukti hingga saat ini sumber tersebut masih lestari dengan debit air yang tidak kurang dari 500 L/detik.

b.    SUMBER KESUBURAN
Kepercayaan masyarakat terhadap air sumber Sendang Widodaren tidak hanya membawa kesehatan, tetapi air sumbernya juga dipercaya dapat memediasi air pengairan sawah sehingga dapat membawa kesuburan tanah, hal ini dipercaya oleh petani-petani Suku Tengger, dimana diawal musim tanam mereka mengambil air sumber Widodaren Wendit untuk pengairan sawahnya, walaupun hanya bagian kecil, tapi dipercaya dapat membawa kesuburan tanah dan menghasilkan panen yang berlimpah.
Pesan kearifan lingkungan yang disampaikan adalah agar masyarakat wendit dan sekitarnya melestarikan sumber air. Muhibah budaya suku Tengger terbukti menyadarkan pengelola Wendit  bahwa keberadaan sumber air ini bukan hanya member manfaat badi masyarakat sekitar tetapi juga masyarakat diluar wilayah yang merasa ikut mendapatkan manfaat dari sumber air tersebut.

2) PANEPEN MBAH GIMBAL
        Bersebelahan dengan Sendang Widodaren ada tempat meditasi atau panepen yang oleh sebagian masyarakat dapat digunakan bermeditasi untuk mencari inspirasi atau mendekatkan diri pada Sang Pencipta dengan berbagai maksud atau hajat.
Properti yang ada di ruang meditasi yang sudah direnovasi itu terdiri dari: a) Arca Raden Wijaya, b) Patung Kepala Naga Samakamaruga, dan c) Arca Mbah Gimbal.
Kearifan yang diekspresikan oleh para tetua adat dahulu barangkali bahwa dalam gebyar alam semesta ini ada tidak keseluruhannya dapat dibaca dengan pekiran yang langsung, tetapi juga perlu ruang dan waktu yang khusus untuk memahani hakekat ilmu dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga diperoleh ketentraman dan kearifan.
PUNDEN MBAH KABUL
Masih dalam satu bangunan di belakang sendang terdapat makam yang dikeramatkan, yaitu makam tokoh yang membuka dusun Wendit  dipercaya sebagai seorang pendeta, yang oleh masyarakat diberi nama makam mbah Kabul, karena ada orang nepi mendapat apa yang dimaksud atau terkabulkan oleh Tuhan YME, sehingga makam itu dinakaman makam mbah Kabul.
Keberadaan makam dilingkungan Wendit ini tentu memberikan peringatan pada pengunjung bahwa mau tidak mau hidup ini akan berakhir, karena manusia tidak memiliki kehidupan, yang memiliki adalah Allah SWT. Sehingga manusia bila ingin bahagia di akherat harus mencari bekal saat didunia, tentu bukan bekal makan, minum, maupun pakaian, tetapi bekal amal sholeh, beriman dan bertakwa dengan benar sesuai dengan petunjuk Allah melalui Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW.

PATAH HATI
Wendit adalah tempat wisata pilihan bagi para wisatawan. Tidak halnya dengan para muda-mudi dengan pasangannya yang sedang dimabuk asmara, bagi yang tahu, mereka akan menghindari berwisata ke Wendit, karena menurut kepercayaan aura alam di Wendit tidak merestui tempat itu digunakan untuk memadu kasih, sehingga bila hal ini dilakukan dipercaya pasangan itu akan putus dan menyebabkan patah hati.
Pesan kearifan yang dapat diambil adalah kemaksiatan yang akan ditimbulkan oleh pasangan yang dimabuk asmara akan merusak tata nilai kesopanan sehingga akan mengakibatkan citra mesum terhadap Wendit. Hal ini cukup efektif karena sangat jarang muda-mudi yang “berpacaran” di tempat wisata ini.

KOLAM PERAHU
Fasilitas wisata yang disediakan oleh Wendit, adalah Kolam Perahu yang luasnya tidak kurang dari 3000 m2, yang merupakan kolam penampungan dari sumber air Wendit.  Pengunjung dimanjakan dengan sepeda air dan keliling dengan boat.
Kolam yang dalamnya rata-rata 2 m ini dasarnya masih asli dari tanah dan dibudidayakan tanaman air ‘Hydrilla”. Obyek inilah yang menarik perhatian peneliti untuk meng-explor lebih lanjut.

Hydrilla adalah suatu jenis tanaman air, jenis yang biasa digunakan untuk treatmen biasanya satu jenis yaitu Hydrilla verticillata, meskipun demikian, beberapa ahli tumbuhan membagi ke dalam beberapa jenis. Meliputi Hydrilla asiatica, Hydrilla Japonica, Hydrilla lithuanica, dan Hydrilla ovalifolica.

Hydrilla mempunyai rhizoma-rhizoma putih ke kekuning-kuningan tumbuh di dasar air pada kedalaman 2 m. Batang panjang 1–2 m. Daun-Daun melingkar atau bentuk ulir masing-masing 5–20 mm  dan lebar 0.7–2 mm, dengan tulang daun kecil sepanjang garis tepi daun; daun kemerah-merahan ketika segar.
Hydrilla is a known bioremediation hyperaccumulator of Mercury, Cadmium, Chromium and Lead, and as such can be used in phytoremediation (McCutcheon & Schnoor 2003, Phytoremediation. New Jersey, John Wiley & Sons, page 898)
(Hydrilla merupakan tanaman yang dikenal sebagai bioremidasi yang mampu menyerap logam berat seperti mercury, cadmium, chromium, dan timah dan dapat digunakan sebagai phytoremidiasi)
Jadi penanaman hydrilla di kolam perahu Wendit dapat menyerap logam berat seperti mercury, cadmium, chromium, dan timah.